"Selamat Datang di Cindi's blog"

.

RSS

Sabar walaupun kehilangan sahabat



"Sebentar lagi, grup persahabatan kita akan berubah, namanya bukan lagi ITIWALTY. Anggotanya, akan ketambahan Ima dan Dyah. Jadi, kita adalah 5 sahabat." Kulihat Alya berbacara dengan Seffy dan Siti. Aku menangis sesenggukan di kelas, kala mendengar kata-kata Alya. Aku merasa, aku telah benar-benar dibuang dari grup persahabatan ITIWALTY.


Tapi bukan karna itu yang membuatku menangis, tetapi karna Ima telah bersahabat dengan Siti dan melupakan aku. Aku pun teringat masa-masa dimana aku mempunyai kenangan pahit di grup ITIWALTY. ITIWALTY sendiri dibentuk oleh 4 orang sahabat, diantaranya Aku, Seffy, Siti, dan Alya. Setelah lima bulan kulewati bersama sahabat-sahabatku, aku merasa ada ketidakcocokan bersahabat dengan Siti. Dia terlalu egois untuk menjadi sahabatku. Akhirnya aku memutuskan menyendiri untuk sementara waktu. Lambat laun, kulihat Siti tak berubah sekalipun. Aku juga melihat perubahan dari alya sejak dia duduk sebangku denganku. Suatu hari, saat Siti tidak masuk sekolah berhari-hari, aku sangat marah pada Alya. Dia seperti tak punya hati, meninggalkanku duduk sendirian sedangkan dia bersenang senang duduk dengan Seffy.

Seharusnya bukan aku yang duduk sendirian, melainkan Seffy yang sebangku dengan Siti. Tapi kenapa aku yang kena getahnya?? Berhari hari saat Siti tidak masuk, aku pun curhat kepada Ima tentang kekesalanku pada Alya. Dan saat itu,aku merasa bahwa Ima-lah sahabat yang paling pas bagiku. Aku tak berani berbicara terus terang kepada sahabat-sahabatku kalau aku ingin keluar dari grup ITIWALTY.

Aku pun mengajak Ima untuk menjadi sahabatku dan menjadi teman menaiki wahana di Jatimpark saat rekreasi kelas 8 nanti. Ima pun menyutujuinya. Saat Siti masuk sekolah, aku mengira Ima akan duduk denganku lagi. Tapi firasatku berbeda dengan kenyataan. Kulihat Ima duduk dengan Siti dan Alya duduk dengan Seffy. Hatiku sakit saat itu dan aku bingung, duduk dengan siapa aku sekarang ini??Akhirnya Midha mengajakku duduk sebangku dengannya dan aku mau. Hari-hari berikutnya, aku tetap duduk dengan Midha, dan Ima tetap duduk dengan Siti. Aku merasa, hatiku sangat sakit ketika melihat kedekatan Siti dengan Ima. Aku merasa,sepertinya Ima melupakan aku.

Belum lagi Alya sama sekali tak menghiraukan aku. Hatiku sangat sedih sekali kala itu. Aku merasa sangat marah pada Siti karna dia telah merebut perhatian Ima dariku. Bahkan saat ini, aku tak dihiraukan oleh Ima. Dan pada saat itu, aku memutuskan untuk memusuhi Alma, Siti, Seffy, dan Ima walau sebenarnya aku masih tak ingin kehilangan Ima sebagai seorang sahabat yang pernah kuakui. Lama sesudah aku memusuhi mereka, aku melihat Dyah juga dekat pada Siti. Aku pun berfirasat, kali ini pasti Dyah juga dijauhkan Siti dari aku. Tapi aku tak peduli. Aku sudah tak peduli lagi semua yang berhubungan dengan Siti. Aku menyesal karna telah menjadikannya sahabat. Karna sesungguhnya, dia tak pantas dianggap sebagai sahabat melainkan sangat pantas dijadikan seorang musuh.

Kini aku menyendiri dan tidak bergaul dengan siapapun. Aku menjadi sangat sedih apabila melihat wajah Ima. Karna dia telah kuanggap sahabat dan tak pernah ingin kehilangannya. Aku juga bingung, dengan siapa aku curhat dan bermain wahana di jatimpark besok karna kini aku sudah tak mempunyai sahabat gara-gara anak yang bernama Siti.

Dan aku tidak pernah mau mengakui Siti sebagai sahabat sampai kapan pun. "Ilma, yang sabar ya. Kamu tenang aja, aku mau menemanimu di saat rekreasi besok. Kamu gak usah sedih kehilangan Ima. Aku yakin kalo Ima bakal kembali jadi sahabatmu lagi, karna aku yakin sahabat tidak akan pernah hilang."

Aini berbicara menghiburku. Aku tersadar dari tangisanku dan berusaha untuk tetap tegar dan sabar walaupun kehilangan Ima, sahabatku yang benar-benar ku akui.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Popular Posts

Copyright by Cindi Astrid Irdam. Diberdayakan oleh Blogger.