"Selamat Datang di Cindi's blog"

.

RSS

Sejarah Tahun Baru Masehi dan Pandangan menurut Islam

Sejarah tahun baru masehi

Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telahmemiliki kalender tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalamibeberapa kali perubahan. Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatanterhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret)sebagai awal tahunnya.
Pada tahun 45 SM Kaisar Julius Caesarmengganti kalender tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulanmenjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6)Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12)December. Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengannamanya, yaitu “Julius” (Juli).
Sementara pengganti Julius Caesar, yaituKaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”.Sehingga setelah Junius, masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian inikemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketikamuncul Kalender Gregorian.
Januarius (Januari) dipilih sebagai bulanpertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus”yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagimenghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehinggadiartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.
Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncakmusim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semuaaktivitas umumnya libur. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkatidalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejaksaat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1Januari. Tahun Baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45SM.
Orang Romawi merayakan Tahun Baru dengan carasaling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka salingmemberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Dewa Janus. Mereka jugamempersembahkan hadiah kepada kaisar.



Pandangan Islam

Firman Allah SWT dalam surah al-Furqan ayat72, yang artinya:

“Dan orang-orang yangtidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, merekalalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”

Dalam ayat tersebut terdapat kata “al-Zur”(perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah). Menurut Ulama Tafsir, maksud al-Zuradalah perayaan-perayaan orang kafir (Ibn Kasir, 6/130). Jelas dari pada ayatini Allah melarang kaum muslimin menghadiri perayaan kaum muyrikin.
Hadis Sahih al-Bukhari dan Muslim berikut ini,sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Sesungguhnya bagisetiap kaum (agama) ada perayaannya dan hari ini (Idul adha) adalah perayaankita”.

Oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskanmaksud hadis tersebut bahwa dilarang melahirkan rasa gembira pada perayaan kaummusyrikin dan meniru mereka (dalam perayaan). (Fathul Bari, 3/371).
Dalam adat masyarakat Aceh yang identik dengannilai-nilai Islam, dulu hanya merayakan peringatan hari besar Islam sajaseperti perayaan maulid dan tahun baru hijriah yang malamnya dihiasi dandihidupkan dengan dalail khairat di balee dan meunasah.
Melihat sejarah, pandangan Islam serta adatIslami dalam masyarakat Aceh, tidak ada celah sedikit pun bagi umat Islam untukikut merayakan atau sekadar untuk mengucapkan “Happy New Year”. Pada kenyataannya, pada malam tahun baru dihiasidengan berbagai hiburan yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Muda-muditumpah ruah di jalanan, berkumpul di pusat kota menunggu pukul 00.00, yangseolah-olah dalam pandangan sebagian orang “haram” untuk dilewatkan.
Sudah sepantasnya umat Islam menghidupkankembali syiar-syiar Islam. Jika tidak tradisi Islam akan tergerus tanpa adayang peduli. Toh, kita semua ini manusia yang harus taat dan menjunjung tinggiaturan Allah. Tidak ada alasan untuk menafikan syiar-syiar Islam.
Pantaskahkita menenggelamkan syiar Islam dan menghidupkan syiar budaya Barat?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Popular Posts

Copyright by Cindi Astrid Irdam. Diberdayakan oleh Blogger.